SOSOK KAPITAN PATTIMURA DALAM LINTASAN SEJARAH MALUKU.

Oleh:Wawan G.Tanasale (Pemerhati Sejarah Indonesia).

Membincangkan sejarah Pattimura oleh seorang anak generasi Maluku adalah membutuhkan data dan sumber yang kuat.Karena sosok ini dalam panggung sejarah Maluku sangat menuai kontroversi.Kontroversi dalam hal ini adalah pengklaiman antar suku maupun agama Islam dan Kristen di Maluku.Tugas kita sebagai anak generasi Maluku adalah menarik benang merah dan hikmah daripada apa yang sudah dan telah dilakukan oleh sosok Kapitan Pattimura.Terutama dalam konteks perjuangan dan perlawanannya terhadap Kolonialisme.

Cuplikan Sejarah Singkat Kapitan Pattimura Dengan semangat kolonialisme dan imperialisme bangsa-bangsa Eropa pada abad ke-16 menjadikan negeri Nusantara sebagai tanah jajahan.Sumber daya alam Nusantara dieksploitasi untuk kepentingan memperkaya negeri penjajah.Portugis,Spanyol,Inggris, Belanda saling bergantian menguasai wilayah Nusantara.
Maluku sebagai negeri yang kaya rempah-rempah,sejak lama menjadi incaran bangsa-bangsa Eropa.Rempah-rempah yang tinggi nilainya telah menjadi bagian dari komunitas perdagangan Internasional, menjadi salah satu faktor bangsa Eropa ingin datang di benua Asia.
Untuk menguasai perdagangan rempah-rempah dunia,bangsa Eropa terlebih dahulu harus menguasai Selat Malaka,karena Selat Malaka yang merupakan bandar perdagangan Internasional,yang memperdagangan komoditi rempah-rempah kawasan Asia Tenggara untuk diperdagangkan ke berbagai wilayah dunia.Akhirnya pada tahun 1511-1512 Portugis berhasil menguasai Selat Malaka.
Penguasaan Selat Malaka merupakan awal dari imperialisme di Nusantara yang dilakukan oleh bangsa-bangsa Eropa.
Dalam catatan sejarah pada tahun 1512 Portugis dibawah pimpinan Antoni d’Abreu datang ke Maluku,selain menyebar agama,mereka memiliki tujuan ingin menguasai perdagangan rempah-rempah,(Dr.Nono Sampono).

Pada tahun 1596 dibawah pimpinan Cornelis de Houtman,untuk pertama kali misi pelayaran Belanda tiba di Nusantara.Tujuan kedatangan bangsa Belanda sama dengan Portugis yaitu ingin menguasai sumber daya alam Nusantara.


Pada tahun 1602 Belanda kemudian membentuk perusahaan dagangnya VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) di Nusantara.Negeri Maluku yang merupakan sumber penghasil rempah-rempah Nusantara

menjadi tujuan dari pelayaran kolonialisme Belanda. Pada tahun 1605 Belanda mengalahkan Portugis dan menguasai Pulau Ambon dan wilayah sekitarnya.
Pada saat Belanda mengusai negeri Maluku, tujuan mereka tidak sebatas melakukan misi perdagangan dari perusahaan VOC.Belanda ingin menguasai wilayah Maluku secara politik. Kesultanan dan kerajaan-kerajaan di Maluku,di adu domba satu sama lain.
Dengan politik devide et impera Belanda berhasil menguasai negeri-negeri di Maluku (Al Mulk bahasa Arab Negeri Raja-Raja).
Belanda kemudian melakukan monopoli perdagangan rempah-rempah,honggi tochten, kerja paksa kepada rakyat di negeri Maluku menyebabkan kehidupan rakyat Maluku menjadi sangat menderita.
Pada tahun 1811 Inggris dibawah pimpinan Thomas Stamford Raffles menguasai seluruh wilayah kekuasaan Belanda di Indonesia termasuk negeri Maluku di dalamnya.Pada saat Inggris berkuasa,aturan–aturan pemerintah Kolonial Belanda dihapus,misalnya:

  • Inggris menghapuskan monopoli dalam bidang perdagangan rempah-rempah (Cengkeh) dan memberlakukan perdagangan bebas terhadap komoditi rempah-rempah.Dengan tidak diberlakukannya monopoli dalam perdagangan Cengkeh,menyebabkan harga cengkeh menjadi naik di pasaran,sehingga menguntungkan petani-petani di negeri Maluku.
  • • Dihapuskan kerja paksa rodi,dan kerja mingguan (Kuarto) bagi penduduk negeri. • Inggris menghilangkan aturan setiap penduduk yang bepergian keluar dari kampung harus memiliki surat izin dari Pemerintah jajahan ( Belanda) (Pas Jalan). • Inggris juga menghapuskan kewajiban, tiap-tiap negeri untuk menyiapkan perahu kora-kora dan tenaga pendayungnya kepada pemerintah Belanda untuk misi pelayaran “honggi tochten”.

Namun hanya beberapa tahun setelah terjadi perobahan kekuasaan di Eropa,Belanda kembali berkuasa di bumi Nusantara.Pada 13 Agustus 1814 Belanda dan Inggris menandatangani Traktat London I,kesepakatannya dalam Traktat London I bahwa harta kolonial Belanda yang berasal dari tahun 1803 dan seterusnya harus dikembalikan dari Inggris kepada Pemerintah Belanda di Batavia.
Dengan demikian,kepulauan Nusantara dari penguasaan Inggris dikembalikan lagi ke Belanda pada tahun 1815.Dengan Traktat London I,Belanda kembali menguasai negeri Maluku.Saat Belanda kembali berkuasa aturan-aturan lama pemerintah Belanda yang dihapuskan oleh Inggris diterapkan kembali.
Kebijakan Pemerintah Belanda ini memunculkan ketidak puasan bagi rakyat di negeri Maluku.Belanda menerapkan kembali monopoli dalam perdagangan cengkeh. Monopoli harga cengkeh,menyebabkan harga cengkih menjadi jatuh,rakyat Maluku yang

sebagian besar menggantungkan hidup dari hasil pertanian cengkeh,kehidupannya semakin terpuruk.Belanda juga menerapkan pajak atas tanah-tanah milik rakyat pribumi (landrente) kebijakan ini semakin membebani rakyat. Berbagai kebijakan-kebijakan Belanda diatas menyebabkan Belanda kurang mendapat simpati,saat kembali menjajah negeri Maluku.
Untuk memperkuat kekuatan militer Belanda di Maluku,Belanda berusaha merekrut ex tentara Inggris pribumi untuk bergabung ke dalam dinas ketentaraan Belanda.Pattimura yang saat itu diminta oleh pemerintah Belanda untuk bergabung dalam dinas ketentaraan Belanda, menolak dan melarikan diri ke hutan.
Penolakan Pattimura ini, karena alasan yang kuat, yang muncul dari nuraninya sebagai anak negeri yang melihat berbagai ketidak-adilan dan penindasan yang dijalankan oleh Belanda di negerinya.
Monopoli dan berbagai praktek penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda menyebabkan penderitaan dialami oleh negeri-negeri di Maluku.Pattimura sebagai anak muda yang memiliki patriotisme mencintai negerinya kemudian membangunan komunikasi dan menggugah kesadaran bersama diantara Raja-Raja Patih dan kapitan di negeri Maluku.Sosok Pattimura yang memiliki jiwa kepemimpinan menyebabkan dirinya berhasil merangkul Raja-Raja di negeri Maluku untuk melawan Kolonial Belanda.

Pattimura mendapat dukungan dari negeri-negeri di Maluku yang berbeda secara Budaya,Bahasa dan Agama,sangat sulit menyatukan negeri-negeri di Maluku,tetapi Kapitan Pattimura bisa melakukan itu.Said Parintah dari Sirisori Islam,Kapitan Ulupaha dari Hitu,dan Kapitan Paulus Tiahahu dari Abubu Nusa laut,memberikan dukungan kepada Kapitan Pattimura.
Pada Tanggal 15 Mei 1817 Bertempat di Gunung Saniri,dilakukan musyawarah, yang dihadiri oleh para pimpinan negeri dan 90 kapitan dari negeri Maluku. Dalam pertemuan tersebut, disetujui oleh semua yang hadir, disamping pemberian gelar Kapitan Pattimura juga memiliki tanggung jawab untuk memimpin perang.
Pada tanggal 16 Mei 1817,semua kekuatan tentara negeri dibawah pimpinan Kapitan Pattimura,menyerbu benteng Duurstede.Dalam penyerbuan tersebut semua tentara Belanda dalam Benteng Duurstede tewas.Termasuk Residen Van den Berg dan Istrinya juga tewas. Kapitan Pattimura menguasai Benteng Duurstede selama tiga bulan,ini menunjukan betapa kuatnya kekuatan pasukan Kapitan Pattimura.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top