MOCHTAR LUBIS:PANDANGAN HIDUP NENEK MOYANG BANGSA INDONESIA.

Oleh:Wawan G.Tanasale (Intelektual Organik)

Eksistensi kita sebagai manusia sosial dan manusia waras dari waktu ke waktu akan terus mengalami pergulatan baik dengan nilai-nilai sejarah,agama,budaya,dan filsafat.Dari sinilah sebagai manusia berakal itu akan terus mengalami ujian dan tantangan dalam menghadapi tiap dialektika dan dinamika kehidupan.Sekiranya dari sinilah budayawan kondang dan sastrawan Mochtar Lubis melihat aspek kehidupan manusia Indonesia dalam buku kecil nya,”Bangsa Indonesia:masa lampau,masa kini dan masa depan”.

Memang sudah pembawaan manusia,jika dihadapkan pada berbagai masalah yang pelik-pelik,untuk cenderung merasa betapa sulitnya hidup dimasa kini dengan segala masalah yang berat itu,dan pikiran serta perhatian kita lalu hanya tertuju pada persoalan-persoalan yang sedang menimpa kita itu.Kita seakan kehilangan perspektif sejarah,baik kebelakang maupun ke depan.Sesungguhnya sebagai telah dikatakan oleh orang pandai,satu-satunya pelajaran yang diambil oleh manusia dari sejarah,ialah justru orang tidak belajar dari sejarah.Manusia cenderung hidup dalam diskontinuitas sejarah.Seakan-akan sejarah itu terpotong-potong,yang antara satu dengan lainnya tidak ada hubungannya.

Marilah kita bersama-sama belajar dari sejarah bangsa kita,untuk berusaha menyambung-nyambung pandangan sejarah yang terputus-putus,dan mencari di dalam latar sejarah masa lampau bangsa kita,dari mana kita,siapa kita,dimana kita ini,akan kemana kita di masa depan,mengapa kita berada dalam keadaan kita hari ini,dan dengan mengetahui nya mungkin kita akan mendapat inspirasi,bagaimana kita dapat memperbaiki diri kita masing-masing dan masyarakat kita untuk dapat melangkah ke masa depan.

Dari kerangka historis inilah pandangan mengenai orang Indonesia terhadap kosmos,semesta alam,juga pada dasarnya serupa dapat di amati.Amat banyak persamaan antara mitos mereka mengenai terciptanya dunia dan manusia.Mereka sama-sama percaya pada adanya ”dunia atas”,”dunia tengah”,dan “dunia bawah”.Kepercayaan serupa ini dapat ditarik dari orang Batak di Sumatra Utara ke orang Dayak di Kalimantan,sampai ke orang Atoni di Pulau Timor dan dalam berbagai variasinya juga pada suku-suku bangsa kita yang lain.

Bangsa kita sama-sama mendukung pandangan tentang adanya kontradiksi antara dunia atas dan dunia bawah,yang tercerminkan dalam organisasi sosial berbagai suku bangsa Indonesia,yang pula mencerminkan adanya dua jenis kelamin manusia (lelaki dan wanita),serta garis ayah dan ibu (patrilineal dan matrilineal),struktur dasar hubungan dua suku,adanya langit dan bumi,perbedaan antara yang superior dan inferior,dan yang dilembagakan dalam sistem kesukuan berdasarkan garis ayah ataupun ibu,ditambah pula dengan sistem perkawinan eksogam (kawin dengan sesama anggota satu suku,terlarang),satu suku menyediakan wanita untuk suku lainnya (dan sebaliknya) dengan suku-suku lain dapat terlibat dalam proses ini,semuanya ini di masa lampau mencegah timbulnya di negeri kita sebuah sistem kekuasaan sentral,karena setiap suku hendak mempertahankan kebebasannya,kekuasaannya dan otonominya masing-masing.Akan tetapi perkawinan antara suku menyumbang satu proses integrasi dalam masyarakat,sehingga setiap anggotanya tahu tempatnya,kewajibannya dan haknya.

Orang Batak,Nias,Toraja,Sumba,Flores,dan Timor,dari antara Pulau Sumatra hingga ke bahagian Timur Indonesia umpamanya sama-sama memiliki struktur dasar suku dan perkawinan serupa ini.

Dalam sistem serupa ini jelas bahwa keselarasan antara anggota suku,antara suku dan suku,dan antara mikro-kosmos dan makro-kosmos sangat penting untuk dipelihara dan dikembangkan.

Mungkin nilai-nilai budaya dari zaman purbakala serupa ini yang telah memberikan kekuatan kepada bangsa Indonesia untuk mengembangkan dirinya bukan saja di seluruh Nusantara,akan tetapi menyeberang Lautan Hindia ke Madagascar dan malahan sampai ke pantai Timur Afrika,dan ke kepulauan Pasifik.Jelas bahwa orang Indonesia berhasil selamat tidak binasa seluruhnya selama penjajahan asing dan menghadapi berbagai serbuan asing,baik serbuan bersenjata maupun dengan cara-cara lain.Ini semuanya disebabkan oleh keteguhan nilai-nilai kemasyarakatan dan kebudayaan yang lama ini.

Timbulnya Feodalisme

Tetapi kita akan melihat dalam sejarah bangsa kita,bahwa nilai-nilai ini berubah,dengan timbulnya feodalisme di Indonesia,dan dengan datangnya saudagar-saudagar dari Eropa yang kemudian membawa penjajahan ke negeri kita dengan segala rupa kekerasan dan kekejaman berdarah yang mereka hantamkan pada rakyat Indonesia.

Feodalisme tumbuh kemudian di berbagai masyarakat di Indonesia.Di Mentawai umpamanya sampai sekarang suku Sakuddei tak memiliki kepala suku atau raja.Masyarakat mereka masih merupakan satu masyarakat tanpa kelas,tergabung dalam kesatuan yang terdiri dari lima atau sepuluh keluarga yang dinamakan ‘uma‘.Putusan diambil dengan cara musyawarah (yang sangat populer itu,baik oleh orde lama maupun orde baru kini),tidak diadakan pemungutan suara,dan pada orang Sakuddei wanita dan remaja pun dibolehkan ikut serta.

Sebaliknya orang Atoni punya raja,yang merupakan pula perantara antara dunia yang hidup dan dunia mati,antara dunia fisik dan dunia roh yang tidak terlihat.Raja bagi orang Atoni ialah makhluk tertinggi dalam suasana hirarki masyarakatnya,dan dia yang memutuskan apa yang dapat dan tidak dapat dilakukan orang lain.

Jika kita dapat melihat betapa mengenai konsepsi kekuasaan cukup banyak variasi terdapat di Indonesia dengan berkembangnya feodalisme di tanah air kita.Kedatangan agama Hindu telah memperkuat feodalisme ini,dan kemudian Islam sendiri pun,meskipun nilai-nilai baru ( yang penting antara lain ajaran bahwa manusia merupakan sesama hamba Allah yang sederajat di mata Tuhan Yang Maha Kuasa),memperkuat feodalisme dengan raja-raja mempergunakan gelar Khalifatullah.Baik raja-raja di Jawa maupun raja-raja Melayu di Sumatra umpamanya mengambil sikap bahwa sumber kekuasaan mereka ialah dari Yang Maha Kuasa.

Gambaran Mochtar Lubis ini menjadi catatan kritis bagi kita generasi untuk terus memperkuat penggalian akan nilai sejarah,budaya,agama, dan filsafat bangsa Indonesia.Dari mana kita,siapa kita,untuk apa kita,dan kemana kita akan pergi sebagai seorang manusia Indonesia yang bermartabat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Top